Jenis-jenis
Program Keagamaan
Aktivitas keagamaan dapat dilaksanakan dan
diwujudkan dalam setiap sisi kehidupan manusia, baik secara individu maupaun
kelompok masyarakat. Aktifitas keagamaan manusia tidak hanya terjadi pada saat
manusia menjalankan rutinitas ritual yang bersifat vertikal atau bisa disebut dengan istilah ibadah mahdhah akan
tetapi mencakup totalitas aktivitas manusia yang bersifat sosial. Selama
aktifitas sosial (muamalah) tersebut dilandasi dan di dorong oleh spirit
supranatural. Aktivitas manusia yang berkaitan dengan kehidupan sosial yang
dilandasi nilai-nilai keberagamaan ini merupakan bentuk dari aplikasi
penghambambaan manusia kepada Allah swt. Dalam bahasa agama termasuk ke dalam
ibadah ghairu mahdhah. Karena itu keberagamaan seseorang akan meliputi
bermacam-macam dimensi (Muhaimin, 2001 hlm.293).
Clock dan Stark (1996) dalam
Ancok (1995:76) memberikan penjelasan bahwa agama adalah pelembagaan sistem
nilai, symbol, keyakinan, dan sistem prilaku yang dimaknai sebagai sesuatu yang
dihayati dan paling maknawi. Masih menurut Clock dan Stark dalam Muhaimin
(2001) menjelaskan bahwa ada lima
macam dimensi keagamaan yaitu: (1) dimensi keyakinan, (2) dimensi praktik
agama, (3) dimensi pengalaman, (4) dimensi pengetahuan agama, (5) dimensi
pengamalan.
Dari dimensi-dimensi diatas
melahirkan praktik-praktik atau aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara terus
menerus yang akhirnya menjadi tradisi. Muhaimin (2001, hlm.294) menyatakan
bahwa tradisi memiliki dua fungsi, yaitu : (1) wadah ekspresi keagamaan; Mukti
Ali (1987) dalam Muhamin (2001) menjelaskan bahwa agama mempengaruhi jalannya
masyarakat dan pertumbuhan masyarakat mempengaruhi pemikiran terhadap agama. Dengan
ungkapan yang senada, Soedjatmoko menyatakan ‘keberagamaan manusia, pada saat bersamaan selalu disertai identitas
budayanya masing-masing’. (2) alat pengikat kelompok; QS. Al-Rum : 32 yang
artinya: “Tiap-tiap golongan merasa
bangga dengan apa yang ada pada diri (masing-masing)”. Ayat ini
mengisyaratkan bahwa secara kodrati manusia mempunyai kecenderungan untuk
berbangga-bangga dengan apa yang menjadi tradisi dan kebiasaan yang ada pada
kelompoknya. Tradisi atau kebiasaan yang sama-sama
dipegangi dan dibanggakan oleh masing-masing anggota kelompok ini menjadi
pengikat. Pengikat ini akan semakin erat dan semakin kuat pada saat semua
anggota kelompok semakin semangat dalam menjalankan tradisi dan kebiasaan
tersebut (Muhaimin, 2001 hlm.296).
Untuk menciptakan suasana
religius dilingkungan sekolah dimulai dengan mengadakan berbagai kegiatan
keagamaan yang pelaksanaan kegiatan tersebut di lingkungan sekolah. Pelaksanaan
kegiatan tersebut bisa diawali dari arahan dan putusan pimpinan, yang kemudian
ketika sudah berjalan, akan berlanjut para anggota masyarakat sekolah akan
menginginkan suasana religius tersebut yang akhirnya akan meminta kepada
pimpinan untuk diadakan dan dilaksanakan.
Jenis-jenis program keagamaan
untuk menciptakan suasana religius di sekolah, bisa memenuhi lima dimensi sebagaimana pendapat Clock dan
Stark yang di kuti oleh Ancok (1995) diatas dapat di rumusan dalam tiga
kategori sebagaimana diungkapkan Endang Syaifudin (1980) yaitu : aqidah,
syari’ah dan akhlak.
1.
Kategori
Aqidah
Kategori aqidah adalah kategori
kegiatan yang mengarahkan kepada peningkatan keyakinan siswa terhadap
ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatik. Hal-hal yang fundamental
dan dogmatik ini adalah hal-hal yang berkenaan dengan keimanan kepada Allah,
para malaikat, Nabi/Rasul, kitab-kitab Allah, Surga dan Neraka, serta Qadha dan
Qadar.
Bentuknya bisa
pemberian materi keagamaan tambahan di luar jam belajar dan materi yang
tercantum dalam kurikulum. Akan tetapi lebih pada pengayaan dan pengembangan
wawasan bagi siswa.
2.
Kategori
Syariah.
Kategori syariah adalah kategori
praktek keagamaan. Praktek keagamaan ini menunjukkan tingkat kepatuhan seorang
muslim dalam mentaati dan melaksanakan ritual yang perintahkan dan dianjurkan oleh agamanya.
Praktek yang menyangkut pelaksanaan keagamaan dalam Islam meliputi pelaksanaan
shalat, puasa, zakat, haji, membaca al-Qur’an, do’a, dzikir, ibadah qurban,
iktikaf di masjid pada bulan puasa, dan sebagainya.
3.
Kategori
Akhlak.
Kategori akhlak adalah kategori prilaku.
Seberapa besar seorang muslim melandasi prilaku dalam kehidupan
kesehariannya dengan nilai-nilai yang
diajarkan dalam agama. Prilaku yang merupakan cerminan nilai-nilai
keber-Islam-an seseorang sangat banyak sekali. Prilaku atau akhlak tersebut
meliputi seluruh aktifitas manusia yang berkaitan dengan hubungan sosial dengan
orang lain, diantaranya: prilaku suka menolong, bekerjasama, berderma,
mensejahterakan dan menumbuh kembangkan orang lain, menegakkan keadilan dan
kebenaran, berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan hidup, menjaga amanat,
tidak mencuri, tidak korupsi, tidak mengkonsumsi miras dan narkoba, mematuhi
norma-norma Islam dalam berhubungan terhadap lawan jenis, dan lain-lain
(Muhaimin, 2001 hlm. 2001).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar